Friday, February 16, 2018

MAKALAH SEJARAH ISLAM DI ASIA TENGGARA “KAMBOJA”


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Nama resmi negara ini dalam bahasa Indonesia adalah Kerajaan Kamboja (Bahasa Inggris: Kingdom of Cambodia), merupakan hasil terjemahan dari bahasa Khmer Preăh Réachéanachâk Kâmpŭchéa. Sering disingkat menjadi Kampuchea (Bahasa Khmer: កម្ពុជា). Kata Kampuchea berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Kambuja.
Secara geografis, Kamboja berbatasan dengan Thailand disebelah Barat, Laos disebelah Utara dan Vietnam disebelah Timur. Disebelah selatan, Kamboja berbatasan dengan Teluk Thailand. Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.400.000 jiwa, 6% beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas Katholik. 
Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa merupakan suatu kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke Campa diperkirakan pada tahun 1607, melalui jalur dagang dengan berbagai negara tetangga. Mayoritas Muslim Kamboja sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu benar-benar penduduk asli Indochina. 
Atas latar belakang itulah kami tertarik membahas bagaimana “Sejarah Islam di Kamboja” yang akan diulas lebih dalam pada bab selanjutnya


BAB II
PEMBAHASAN

A.            Geografis Kamboja
·         Lokasi : Asia tenggara, berbatasan dengan teluk Thailand, antara Thailand, Vietnam dan Laos
·         Koordinat Geografi : 13 00 U, 105 00 T
·         Wilayah : Total 181.040 km2 dengan daratan 176.520 km2 dan Perairan: 4.520km2
·         Perbatasan Darat : Total 2.572 km2 negara perbatasan : Laos 541 km, Thailand 803 km, Vietnam 1.228 km
·         Garis pantai : 443 km
·         Iklim : tropis, musim monsoon (mei sampai November); musim panas (Desember sampai april); sedikit variasi temperatur musiman
·         Sumber Daya Alam : Minyak dan gas, kayu, batu berharga, besi mentah, manganese, phospates, hydropower potential

B.             Sejarah Singkat Kamboja
Kamboja (Bahasa Khmer: ព្រះរាជាណាចក្រកម្ពុជា. Dibaca: Kampuchea). Secara resmi bernama Kerajaan Kamboja, adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Luas totalnya adalah 181.035 km2. Negara anggota ASEAN yang terkenal dengan pagoda Angkor Wat ini Berbatasan dengan Thailand di sebelah barat, Laos di sebelah utara, Vietnam di sebelah timur, dan Teluk Thailand di selatan. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini. Negara ini merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh Indochina antara abad ke-11 dan 14.
Jumlah populasi Kamboja lebih dari 14,8 juta jiwa. Agama resmi di Kamboja adalah Buddha dengan pemeluk sekitar 95% dari total penduduk Kamboja. Ibukota dan kota terbesar Kamboja adalah Phnom Penh. Bentuk negara Kamboja adalah monarki konstitusional demokratik.

-Asal Mula Nama Kamboja
Nama resmi negara ini dalam bahasa Indonesia adalah Kerajaan Kamboja (Bahasa Inggris: Kingdom of Cambodia), merupakan hasil terjemahan dari bahasa Khmer Preăh Réachéanachâk Kâmpŭchéa. Sering disingkat menjadi Kampuchea (Bahasa Khmer: កម្ពុជា). Kata Kampuchea berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Kambuja.
 Penyebutan Kampuchea mungkin perubahan dialek dari kata Kampung Cham, yaitu kampung-kampung atau pemukiman orang Champa, yang mana kerajaan Champa adalah kerajaan Islam tertua di Nusantara. Beberapa nama Provinsi di Kamboja didahului dengan kata Kampong. Dahulu, Kamboja atau Kampuchea merupakan negara di Asia Tenggara yang semula berbentuk Kerajaan di bawah kekuasaan Dinasti Khmer di Semenanjung Indo-China antara Abad Ke-11 dan Abad Ke-14. Rakyat Kamboja biasanya dikenal dengan sebutan Cambodian atau Khmer, yang mengacu pada etnis Khmer di negara tersebut. Negara anggota ASEAN yang terkenal dengan pagoda Angkor Wat ini berbatasan langsung. Sebagian besar rakyat Kamboja beragama Buddha Theravada, yang turun-temurun dianut oleh etnis Khmer. Namun, sebagian warganya juga ada yang beragama Islam dari keturunan muslim Cham.
Kamboja meraih kemerdekaannya pada 17 April 1953. Peradaan Kamboja telah mulai berkembang sejak abad 1 Masehi. Pada waktu itu, wilayah tersebut dikuasai oleh kerajaan Funan dan Chenla. Negara-negara ini mempunyai hubungan dekat dengan China dan India. Memasuki abad ke-3 hingga abad ke-5, kedua kerajaan itu bersatu untuk membangun Kamboja. Namun, ketika upaya itu mulai stabil, kekuasaan keduanya runtuh ketika kerajaan Khmer dibangun dan berkuasa pada abad ke-9 sampai abad ke-13. Setelah itu, kerajaan Khmer bertahan hingga abad ke-15.
Kerajaan Khmer masih bertahan hingga abad ke-15. Ibukota Kerajaan Khmer terletak di Angkor, sebuah daerah yang dibangun pada masa kejayaan Khmer. Angkor Wat, yang dibangun juga pada saat itu, menjadi simbol bagi kekuasaan Khmer.
Pada tahun 1432, Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan Kerajaan Khmer memindahkan ibukota dari Angkor ke Lovek, dimana Kerajaan mendapat keuntungan besar karena Lovek adalah bandar pelabuhan. Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai oleh Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah Khmer. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama tiga abad berikutnya, Khmer dikuasai oleh raja-raja dari Thaidan Vietnam secara bergilir.
Pada tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Perancis yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai.
Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
C. Masa Kolonial
Masa Penjajahan Perancis
Pada tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Perancis yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai.
Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jendral Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.
Ø  Khmer Merah
Khmer Merah (Bahasa Perancis: Khmer Rouge) adalah cabang militer Partai Komunis Kampuchea (nama Kamboja kala itu). Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Khmer Merah melakukan perang gerilya melawan rezim Shihanouk dan Marsekal Lon Nol. Pada 17 April 1975, Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot berhasil menggulingkan kekuasaan dan menjadi pemimpin Kamboja.
Hanya dalam beberapa hari saja, rezim baru ini telah menghukum mati sejumlah besar rakyat Kamboja yang tadinya bergabung dengan rezim Lon Nol. Penduduk Phnom Phen dan juga penduduk di provinsi lain terpaksa keluar dari kota dan pindah ke daerah-daerah penampungan. Phnom Phen menjadi kota mati. Seluruh perekonomian di seluruh negeri berubah di bawah garis keras komunis, Uang hilang dari peredaran. Akibat dari semua itu adalah terjadinya kelaparan dan wabah penyakit di daerah tersebut.
Selama 44 bulan berikutnya, jutaan orang Kamboja menjadi korban teror dari Khmer Merah. Para pengungsi yang berhasil lari ke Thailand menceritakan kekejaman kelompok ini yang antara lain menghukum mati anak-anak hanya karena mereka tidak lahir dari keluarga petani. Selain itu orang-orang keturunan Vietnam dan Cina juga turut diteror dan dibunuh. Siapa saja yang disangka sebagai orang yang berpendidikan, atau menjadi angota dari keluarga pedagang pasti dibunuh dengan cara dipukul sampai mati, bukan dengan ditembak dengan dalih untuk menghemat amunisi.
Ø  Killing Fields (Ladang Pembantaian)
Masa empat tahun Pol Pot dan Khmer Merahnya berkuasa di Kamboja, adalah masa yang membuat seluruh dunia geger. Khmer Merah berupaya mentransformasi Kamboja menjadi sebuah negara Maois dengan konsep agrarianisme. Rezim Khmer juga menyatakan, tahun kedatangan mereka sebagai "Tahun Nol" (Year Zero). Mata uang, dihapuskan. Pelayanan pos, dihentikan. Kamboja diputus hubungannya dengan luar negeri. Hukum Kamboja juga dihapuskan.
Rezim Khmer Merah dalam kurun waktu tersebut diperkirakan telah membantai sekitar dua juta orang Kamboja. Ada sekitar 343 "ladang pembantaian" yang tersebar di seluruh wilayah Kamboja. Choeung Ek adalah "ladang pembantaian" paling terkenal. Di sini, sebagian besar korban yang dieksekusi adalah para intelektual dari Phnom Penh, yang di antaranya adalah: mantan Menteri Informasi Hou Nim, profesor ilmu hukum Phorng Ton, serta sembilan warga Barat termasuk David Lioy Scott dari Australia. Sebelum dibunuh, sebagian besar mereka didokumentasikan dan diinterogasi di kamp penyiksaan Tuol Sleng.
Penjara S-21 atau Tuol Sleng adalah organ rezim Khmer Merah yang paling rahasia. Pada 1962, penjara S-21 merupakan sebuah gedung SMA bernama Ponhea Yat. Semasa pemerintahan Lon Nol, nama sekolah diubah menjadi Tuol Svay Prey High School.
Tuol Sleng yang berlokasi di subdistrik Tuol Svay Prey, sebelah selatan Phnom Penh, mencakupi wilayah seluas 600 x 400 meter. Setelah Phnom Penh jatuh ke tangan Khmer Merah, sekolah diubah menjadi kamp interogasi dan penyiksaan tahanan yang dituduh sebagai musuh politik. Di “ladang pembantaian” ini, para intelektual diinterogasi agar menyebutkan kerabat atau sejawat sesama intelektual. Satu orang harus menyebutkan 15 nama orang berpendidikan yang lain. Jika tidak menjawab, mereka akan disiksa. Kuku-kuku jari mereka akan dicabut, lantas direndam cairan alkohol. Mereka juga disiksa dengan cara ditenggelamkan ke bak air atau disetrum. Kepedihan terutama dirasakan kaum perempuan karena kerap diperkosa saat diinterogasi.
Setelah diinterogasi selama 2-4 bulan, mereka akan dieksekusi di Choeung Ek. Sejumlah tahanan politik yang dinilai penting ditahan untuk diinterogasi sekitar 6-7 bulan, lalu dieksekusi. 
Ø  Intervensi Vietnam
Pada tanggal 25 Desember 1978, setelah beberapa pelanggaran terjadi di perbatasan antara Kamboja dan Vietnam, tentara Vietnam menginvansi Kamboja. Tanggal 7 Januari 1979, pasukan Vietnam menduduki Phnom Penh dan menggulingkan pemerintahan Pol Pot. Pemerintahan boneka lalu dibentuk di bawah pimpinan Heng Samrin, mantan anggota Khmer Merah yang telah membelot ke Vietnam. Namun, pemerintahan baru ini tidak diakui oleh negara-negara Barat. Sementara Pol Pot dan para pengikutnya lari ke hutan-hutan dan kembali melakukan taktik gerilya dan teror. Pol Pot yang bernama asli Saloth Sar akhirnya meniggal di tengah hutan pada 15 April 1998 karena serangan jantung.
Ø  Menuju Perdamaian
Pada tahun 1982, tiga kelompok (faksi) yang masih bertahan di Kamboja yaitu : Khmer Merah dan Front Kemerdekaan Nasional, netral, kedamaian dan kerjasama Kamboja (FUNCINPEC) pimpinan Pangeran Sihanouk, serta Front Nasional kebebasan orang-orang Khmer yang dipimpin oleh perdana menteri yang terdahulu yaitu Son Sann, membentuk koalisi yang bertujuan untuk memaksa keluar tentara Vietnam dan akhirnya mundur dari kamboja pada tahun 1989.
Pada tahun 1992, PBB (UNTAC) mengambil alih sementara pemerintahan negara ini. Tahun berikutnya, PBB menggelar pemilu demokratis yang dimenangkan oleh FUNCINPEC. Faksi ini kemudian membentuk pemerintahan koalisi bersama Partai Rakyat Kamboja (CPP) pimpinan Hun Sen.
Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong). Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik (srok), komunion (khum), distrik besar (khett) dan kepulauan (koh).
  1. Kota Praja (Krong):
  2. Propinsi (Khett):
  3. Kepulauan (Koh):


1.             Kamboja Saat Ini
Tahun 1999, tahun pertama perdamaian setelah 30 tahun, pemerintah membuat kemajuan dalam reformasi ekonomi. AS dan Kamboja menandatangani Perjanjian Tekstil Bilateral, yang memberikan Kamboja jaminan quota untuk impor tekstil AS dan bonus karena memperbaiki kondisi bekerja dan mendorong hukum tenaga kerja Kamboja dan standar tenaga kerja internasional dalam industri tersebut. Dari 2001 sampai 2004, ekonomi tumbuh rata-rata 6.4%, disebabkan oleh ekspansi di bidang garmen dan pariwisata. Dengan berakhirnya Perjanjian WTO untuk Tekstil dan Pakaian tahun 2005, produsen tekstil di Kamboja terpaksa bersaing dengan negara produsen yang harganya lebih rendah seperti Cina dan India. Walaupun pertumbuhan GDP diperkirakan kurang dari 3%, lebih dari yang diharapkan untuk kinerja sector garmen membuat IMF memperkirakan pertumbuhan 6% di 2005. berhadapan dengan kemungkinan industri garmen yang menyediakan lebih dari 200.000 mata pencaharian mungkin terancam.
Perlambatan ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Pada tahun 2009 Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan, ekonomi Kamboja tahun 2009 menyusut lebih dari perkiraan sebelumnya karena krisis ekonomi global berdampak buruk di negeri ini.
IMF pada awal tahun 2009 memperkirakan penyusutan sebesar 0,5 persen tetapi sekarang melihat kontraksi 2,75 persen karena ekonomi “tidak bekerja sebaik yang diperkirakan” di beberapa daerah, pejabat IMF David Cowen mengatakan setelah kunjungan untuk mengevaluasi pembangunan.

2.             Pemerintahan di Kamboja

Politik nasional di Kamboja mendapat tempat ketika pembuatan konstitusi nasional di tahun 1993. Pemerintahan adalah monarki konstitusional dan dijalankan sebagai demokratik parlementer.
Sistem parlemen Kamboja adalah bikameral. Dimana dibagi menjadi dewan rendah, majelis nasional, atau Radhsphea dan sebuah dewan tinggi, senat, atau Sénat. 123 kursi anggota majelis terpilih untuk masa jabatan 5 tahun. Senat mempunyai 61 kursi, dua diantaranya dipilih oleh raja dan dua lainnya oleh majelis nasional, dan sisanya dipilih melalui pemilihan umum di 24 provinsi di Kamboja. Masa jabatan senat adalah 6 tahun.
Partai Rakyat Kamboja adalah partai utama di Kamboja. Partai ini menempati 73 kursi di majelis nasional dan 43 kursi di senat. Oposisi Partai Sam Rainsy adalah partai terbesar kedua di Kamboja dengan 26 kursi di majelis nasional dan 2 kursi di senat.
Kamboja merupakan salah satu negara dengan pemerintahan terkorup di dunia.

3.             Militer di Kamboja

Angkatan Darat Kerajaan Kamboja, Angkatan Laut Kerajaan Kamboja, Angkatan Udara Kerajaan Kamboja, dan Polisi Militer Kerajaan Kamboja merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja, dalam komando dari Kementrian Pertahanan Kerajaan Kamboja, dipimpin oleh Perdana Menteri Kerajaan Kamboja.
Awal dari revisi struktur komandi pada awal tahun 2000 menjadi kunci pembentukan militer Kamboja. Pada tahun 2010, Angkatan Besenjata Kerajaan Kamboja memiliki sekitar 210.000 pasukan. Militer Kamboja menghabiskan 3% anggaran negara.
Polisi Militer Kerajaan Kamboja memiliki lebih dari 7.000 pasukan. Mereka bertugas untuk menjaga keamanan, untuk menginvestigasi dan menanggulangi kejahatan dan terorisme, untuk menjaga wilayah dan bangunan yang dilindungi, dan untuk mambantu dan mengevakuasi penduduk dari bencana dan konflik.
C.             Masuknya Islam di Kamboja
Secara geografis, Kamboja berbatasan dengan Thailand disebelah Barat, Laos disebelah Utara dan Vietnam disebelah Timur. Disebelah selatan, Kamboja berbatasan dengan Teluk Thailand. Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.400.000 jiwa, 6% beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas Katholik. 
Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa merupakan suatu kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke Campa diperkirakan pada tahun 1607, melalui jalur dagang dengan berbagai negara tetangga. Masuk dan berkembangnya islam di Kamboja tidak dapat dipisahkan dari datangnya orang Campa yang telah memeluk agama islam ke negeri kamboja. Mereka bertemu dengan kelompok Melayu yang datang dari Nusantara. Migrasi Campa terjadi karena melarikan diri dari penghancuran Vietnam, sedangkan migrasi melayu dari Nusantara terjadi karena perdagangan dan penyebaran agama islam. Maka, terjadilah akulturasi budaya karena persamaan agama dan rumpun bahasa kedalam masyarakat baru yang disebut Melayu-Campa atau Jva-Cam. Kemudian mereka saling bekerjasama dan menjalin hubungan perkawinan.
 Jadi, mayoritas Muslim Kamboja sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu benar-benar penduduk asli Indochina. 
D      Kondisi Islam Setelah Kemerdekaan
Pada awal tahun 1970-an, jumlah kaum Muslimin sekitar 700 ribu jiwa. Semua Muslim ini mengikuti Mazhab Syafi’i. Pada tahun ini, mereka memiliki 122 Masjid, 200 Mushalla, 300 Madrasah Islamiyyah dan satu tempat penghafalan Al-Qur’an. Mayoritas Muslim Campa adalah petani, nelayan, pembuat sampan dan tukang daging. Mereka hidup di desa-desa padat, sebagian hidup di kota-kota dan bekerja sebagai pedagang dan industri. 
Komunitas Muslim Kamboja terorganisasi dengan baik. Setiap desa Muslim dipimpin oleh seorang hakam dibantu oleh seorang kalik (qadi). Imam memimpin sembahyang dan ketib (katib) mengajar Qur’an, bilal memanggil orang untuk sembahyang. Dan beberapa ratus orang Muslim Kamboja setiap tahunnya pergi ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji.
Pada tahun 1975, situasi berubah secara drastis ketika Khmer Merah mengambil alih kekuasaan. Sehingga mengakibatkan masyarakat Campah hijrah ke negara-negara lain di seluruh dunia seperti ke Malaysia, Amerika Syarikat, Perancis, Australia dan lain-lain. Khmer Merah merupakan komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan menyiksa siapa saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, Muslim, Budha ataupun lainnya. Selama kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2 juta penduduk Kamboja, di antaranya 500.000 kaum Muslimin, di samping pembakaran beberapa masjid, madrasah dan mushaf serta pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa kaum Muslimin di Kamboja. 
Kemudian pada tahun 1979, Khmer Merah jatuh di tangan pemerintahan baru yang di topang dari Vietnam dan ini merupakan berita baik bagi minoritas Muslim Kamboja. Sejak itu, keadaan penduduk Kamboja mulai membaik dan kaum Muslimin mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat melakukan kegiatan keagamaan mereka dengan bebas.
Mereka memiliki 268 Masjid, 200 Mushallah, 300 Madrasah Islamiyyah dan satu tempat penghafalan Al-Qur’an.
Kemudian bermunculan organisasi-organisasi Islam, seperti:
·         Ikatan Kaum Muslimin Kamboja
·         Ikatan Pemuda Islam Kamboja
·         Yayasan Pengembangan Kaum Muslimin Kamboja dan
·         Lembaga Islam Kamboja untuk Pengembagan.
Meskipun kaum Muslimin dapat menjalankan kegiatan kehidupan mereka seperti biasanya, namun program-program mereka ini mengalami kendala finansial yang cukup besar, karena kondisi perekonomian mereka yang sulit sehingga identitas mereka tidak diketahui. 
Saat ini kaum Muslimin Kamboja berpusat di kawasan Free Campa bagian utara sekitar 40 % dari penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari penduduknya, Kambut sekitar 15 % dari penduduknya dan di Ibu Kota Pnom Penh hidup sekitar 30.000 Muslim. 
E.     Hukum Islam di Kamboja
Sudah diketahui bahwasannya agama Islam di Kamboja merupakan minoritas dan mayoritas beragama Budha. Menurut estimasi, terdapat sekitar 700.000 Muslim di Kamboja. Sekitar 80% dari Muslim Kamboja adalah keturunan etnis Cham. 
Umat Islam di Kamboja khususnya keturunan etnis Cham mengikuti mazhab Syafi’I dalam bidang Fiqih, sedangkan dalam bidang Tauhid mereka mengikuti mazhab Imam Abu Hasan Al-As’ari. Dalam bidang amalih atau peribatan, mereka mengikuti faham Ahlusunnah wal Jama’ah. Karena itu mereka sangat toleran dan bisa hidup berdampingan dengan komunitas Budha sebagai agama mayoritas Kamboja. 
Terutama yang berkaitan dengan situasi hak-hak Manusia (HAM). Hal ini karena peradilan tidak berjalan secara independen sebagaimana semestinya dan dasar kebebasan berekspresi dan berkumpul sedang dibatasi. Sedangkan mengenai hukum Islam di Kamboja belum terlembagakan. Secara umum, umat Islam di Kamboja menjalankan syari’at Islam sebagaimana umat Islam di Indonesia terutama hukum keluarga yang meliputi perkawinan, ruju’, talaq dan warisan.
Dalam hal perkawinan, orang-orang Campa di Kamboja tidak mengijinkan perkawinan antar agama kecuali dengan syarat bahwa pihak yang bukan Islam masuk Islam. Oleh karena itu, orang-orang Khmer dikatakan tak pernah akan meninggalkan agama Budha karena tidak mungkin kedua Bangsa akan terpadu. Sedangkan orang Campa dengan orang Melayu sering terjadi perkawinan. Kalau dalam hal perceraian, hampir tidak pernah terjadi. Karena perkawinan mereka hampir selalu subur, akan tetapi orang Campa di Kamboja bertambah banyak jumlahnya dengan mengangkat anak asing ke dalam sukunya, yaitu anak bangsa Annam atau lagi-lagi anak Khmer yang diterimanya sebagai pembayaran hutang yang tak terlunasi dan akan dididiknya dalam agama Islam. 
Dalam hal sosio-ekonomi, umat Islam di Kamboja dapat bantuan dari Malaysia yang akan didirikan beberapa institusi khusus bagi sarana pembangunan insan di negara Indochina yang pernah hancur di bawah kekuasaan Khmer Merah. Lembaga ini adalah Majelis Mufakat Dakwah Malaysia-Kamboja (MMDMK). Lembaga ini adalah sebuah organisasi yang mirip seperti Lembaga Tabung Haji dan akan dibentuk segera dalam usaha membantu umat Islam negara itu menabung dan menunaikan haji ke tanah Suci Makkah.
F.      Respon Pemerintah
1.             Bidang Politik
Sejumlah muslim diberikan kesempatan untuk bekerja dikantor pemerintah. Beberapa muslim bertugas dilembaga-lembaga politik papan atas negara, mulai dari:
         senat,
         dewan perwakilan
          Senator Premier (salah satu anggota senat) pun memiliki penasihat khusus urusan Muslim.
         perdana menteri
         menteri pendidikan
         wakil menteri transportasi
         2 orang menteri agama dan
         2 anggota majelis ulama.


2.             Bidang Pendidikan
Untuk tingkat pendidikan dasar sampai menengah sudah ada madrasah yang mengeluarkan ijazah dan terdaftar di Kementrian Pendidikan Kamboja. Sementara untuk pendidikan tinggi, ini menjadi tantangan.
3.             Bidang Ekonomi
Perizinan label halal yang dikeluarkan Dewan Muslim Kamboja untuk mendapatkan makanan halal, beberapa restoran dibangun khusus dengan konsep halal, seperti: area masjid a-Serkal terdapat pilihan makanan yang beragam, termasuk masakan Thailand muslim.
4.             Bidang Sosial Budaya
Peranan pemerintah yang berinisiatif memuluskan toleransi bagi muslim di Kamboja, seperti:
         Pembangunan mesjid dan memberi saluran udara gratis bagi muslim untuk menyiarkan program-program khusus islam
         Mengizinkan siswa muslim yang ingin mengenakan atribut islam termasuk jilbab.
5.             Bidang Kesehatan
Untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya Pemerintah Kerajaan Kamboja berencana dengan menanggulangi: HIV/AIDS, malaria, dan wabah lainnya.
Anggaran yang dikeluarkan untuk kesehatan adalah 5,8%.

6.             Bidang Sarana dan Prasarana
·      Kamboja telah memperbaiki jalan raya sehingga memenuhi standar internasional pada tahun 2006. Kebanyakan jalan utama sekarang telah dipaving.
·      Kamboja memiliki dua jalur kereta api dengan total panjang sekitar 612 kilometer. Jalur kereta api tersedia untuk rute Sihanoukville sampai ke bagian selatan Kamboja, dan dari Phnom Penh sampai Sisophon.
·      Angka kecelakaan lalu lintas di Kamboja sangat tinggi berdasarkan standar internasional. Pada tahun 2004, angka kecelakaan per 10.000 kendaraan adalah sepuluh kali lipat lebih tinggi dari pada angka kecelakaan di negara maju, dan angka kematian kecelakaan telah meningkat dua kali lipat dalam waktu tiga tahun.
·      Kamboja memiliki empat bandara. Bandara Internasional Phnom Penh(Pochentong) di Phnom Penh adalah yang terbesar kedua di Kamboja. Bandara Internasional Siem Reap-Angkor adalah bandara terbesar di Kamboja. Bandara lainnya terdapat di Sihanoukville dan Battambang.












BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Bentuk pemerintahan negara Kamboja adalah kerajaan. Negara dipimpin oleh raja, sedangkan kepala pemerintahannya adalah perdana menteri. Kamboja memiliki lima pemerintahan lokal dengan ibu kota Phnom Penh. Kamboja merupakan wilayah protektorat Perancis sejak tahun 1863, dan pada tahun 1951 pemerintah Perancis mengangkat Sihanouk sebagai raja, yang menjadikan negara ini berbentuk kerajaan konstitusional dengan nama resmi Kerajaan Kamboja.
Pada tanggal 9 November 1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk Kamboja dan pada saat itu Sihanouk menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara netral yang tidak terlibat dalam perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja memasuki masa perang saudara yang menghancurkan infrastruktur fisik dan kemampuan sumber daya manusia, sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran Sisowath Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut semakin besar di negara Kamboja di masa ini juga ditandai dengan berkuasanya rezim Khmer Merah. Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar penduduk beragama Buddha. Jumlah penduduk negara ini 11.168.000 jiwa. Sebagian besar penghidupan penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras, jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.
Kerajaan Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong).  Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik (srok), komunion (khum), distrik besar (khett), dan kepulauan(koh).  Kamboja mempunyai area seluas 181.035 kilometer per segi.
Meskipun tergabung dalam satu perhimpunan negara-negara kawasan Asia Tenggara, letak geografis Kamboja yang berbatasan darat dengan Thailand, membuat kedua negara seringkali terlibat konflik yang memperebutkan batas wilayah kedua negara.
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara, tetapi tidak memberikan perintah. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri.
Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa merupakan suatu kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke Campa diperkirakan pada tahun 1607, melalui jalur dagang dengan berbagai negara tetangga. Jadi, mayoritas Muslim Kamboja sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu benar-benar penduduk asli Indochina. 
Menurut estimasi, terdapat sekitar 700.000 Muslim di Kamboja. Sekitar 80% dari Muslim Kamboja adalah keturunan etnis Cham. 
Umat Islam di Kamboja khususnya keturunan etnis Cham mengikuti mazhab Syafi’I dalam bidang Fiqih, sedangkan dalam bidang Tauhid mereka mengikuti mazhab Imam Abu Hasan Al-As’ari. Dalam bidang amalih atau peribatan, mereka mengikuti faham Ahlusunnah wal Jama’ah. Karena itu mereka sangat toleran dan bisa hidup berdampingan dengan komunitas Budha sebagai agama mayoritas Kamboja. 
Dalam hal sosio-ekonomi, umat Islam di Kamboja dapat bantuan dari Malaysia yang akan didirikan beberapa institusi khusus bagi sarana pembangunan insan di negara Indochina yang pernah hancur di bawah kekuasaan Khmer Merah. Lembaga ini adalah Majelis Mufakat Dakwah Malaysia-Kamboja (MMDMK). Lembaga ini adalah sebuah organisasi yang mirip seperti Lembaga Tabung Haji dan akan dibentuk segera dalam usaha membantu umat Islam negara itu menabung dan menunaikan haji ke tanah Suci Makkah.
B.            Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan saran saya harapkan guna perbaikan makalah berikutnya. Apabila ada kesalahan kata dan penyampaian, mohon di maafkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.



DAFTAR PUSTAKA

Roger M.Smith, Kerajaan dan Politik Asia Tenggara, Adabi Sdn. Bhd, Kuala Lumpur, Cetakan Pertama, 1982.

No comments:

Post a Comment