BAB
I
PENDAHULUAN
1.LatarBelakang
Manusia
adalah makhluk yang memiliki kapasitas untuk melakukan penalaran berfikir,
merasa dan berbuat atau bertingkahlaku. Kapasitas itu dimungkinkan karena
manusia dibekali Tuhan dengan potensi akal, hati dan tubuh-jasmani. Namun untuk
mampu mengembangkan kapasitas tersebut secara baik, fungsional, dan sempurna,
manusia memerlukan pendidikan. Namun bagaimana dengan akhlak?
Islam
merupakan agama yang berakhlak. Ini dapat dilihat bahwa akhlak merupakan salah
satu perhatian terpenting dalam agama. Untuk menjadi berakhlak harus melalui
tahap pembentukan akhlak.
Berbicara
masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan,
karena banyak sekali pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi misalnya mengatakan
bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan
islam.
Namun
sebelum itu, masih ada masalah yang perlu diamati dengan seksama, yaitu
bagaimana agar bisa memiliki akhlak yang baik? Dan lain-lain. Itulah yang
melatar belakagi ditulisnya makalah ini.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara membentuk akhlak
mulia?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui cara membentuk
akhlak mulia.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Arti Pembentukan Akhlak
Berbicara
masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan,
karena banyak sekali pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi misalnya mengatakan
bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan
islam.[1]
Menurut
sebagian ahli, akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting
(garizah) yang dibawa manusia sejak lahir.[2] Selanjutnya
pendapat lain mengatakan, akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan,
pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh.[3] Ibnu
Miskawaih, Ibn Sina, al-Ghazali dan lain-lain termasuk kelompok yang mengatakan
akhlak adalah hasil usaha (Muktasabahah).
Pada
kenyataanya dilapangan, usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga
pendidikan dengan berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini mnunjukkan
bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil
berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada orang tua, saying kepada sesama makhluk
Tuhan dan seterusnya. Bayangkan saja jika anak-anak tidak dibina dalam hal
akhlak?. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat
dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan
dibidang iptek.
Dengan
demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam
rangka membentuk pribadi, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan
yang terprogram baik serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
Pembentuksn akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil
usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada
pada diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat,
fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan cara
dan pendekatan yang tepat.
2. Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan
akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam. Hal ini dapat dilihat
dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang utama adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian islam yang demikian terhadap
pembinaan akhlak dapat pula dilihat dari perhatian islam terhadap pembinaan
jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang
baik inilah akan lahir perbuatan yang baik yang selanjutnya akan mempermudah
menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan
batin.[4] Perhatian
islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak
yang terdapat pada seluruh aspek ajaran islam. Ajaran islam tentang keimanan
misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan
perbuatan terpuji. Seperti dalam al-Qur’an:
$yJ¯RÎ) cqãYÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur §NèO öNs9 (#qç/$s?öt (#rßyg»y_ur öNÎgÏ9ºuqøBr'Î/ óOÎgÅ¡àÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd cqè%Ï»¢Á9$# ÇÊÎÈ
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian itu mereka tidak ragu-ragu dan senantiasa berjuang dengan
harta dan dirinya di jalan Allah. Itulah orang-orang yang benar (imannya). (QS.
Al-Hujurat, 49: 15).
Pembinaan
akhlak dalam islam juga terintegrasi dengan pelaksaan rukun iman. Hasil
analisis Muhammad al-Ghazali terhadap rukun islam yang lima telah menunjukkan
dengan jelas, bahwa dalam rukun islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan
akjlak. Misalnya, rukun islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat
syahadat. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya
tunduk kepada aturan dan tuntutan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada
aturan Allah dan rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.
Begitu juga pada butir-butir rukun islam yang lain, masing-masing mengandunga
konsep tentang akhlak.
Berdasarkan
analisis ersebut. Kita dapat mengatakan bahwa islam sanga memberi perhatian
yang besar terhadap pembinaan akhlak, termasuk cara-caranya. Hubungan antara
rukun iman dan rukun islam terhadap pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah
menggunakan cara atau system yang integrated, yaitu system yang menggunakan
berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada
pembinaan akhlak.
Cara
lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang
dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan ini
imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasrnya dapat
menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan.
Dalam
tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula
dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa.
Cara
lain yang tak kalah ampuhnya adalah melalui keteladanan. Pendidikan itu tidak
akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik
dan nyata. Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah. Keadaan ini
dinyatakan dalam ayat yang berbunyi :
Sungguh
pada diri Rasulullah itu terdapat contoh teladan yang baik bagi kamu sekalian,
yaitu bagi orang yang mengharapkan (keridlaan) Allah dan (berjumpa dengan-Nya
di) hari kiamat, dan selalu banyak menyebut nama Allah. (QS. Al-Ahzab, 33: 21).
Selain
itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri
ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya.
Pembinaan
akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan factor kejiwaan
sasaran yang akan dibina.
3. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Untuk menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang amat popular. Pertama aliran natifisme. Kedua, aliran empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Untuk menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang amat popular. Pertama aliran natifisme. Kedua, aliran empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Menurut
aliran nativisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan, bakat, akal, dll.
Menurut
aliran empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan social,termasuk pendidikan
dan pembinaan yang diberikan.
Selanjutnya
pada aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor
internal, yaitu pembawaan si anak, dan factor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dinuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan
social.
Aliran yang ketiga ini tampak sesuai
dengan ajaran islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat berikut:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. Al-Nahl, 16: 78).
Dengan
demikian factor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu
dari dalam merupakan potensi fisik, imtelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa
anak sejak lahir, dan factor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang
tua dirumah, guru disekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat.
Melalui kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, mala
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan) dan psikomotorik
(pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.
4. Manfaat Akhlak Mulia
Al-Qur’an dan hadits banyak sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia. Allah berfirman:
Al-Qur’an dan hadits banyak sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia. Allah berfirman:
Barangsiapa
mengerjakan perbuatan yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia
dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surge, mereka diberi rezeki di
dalamnya tanpa hisab. (QS. Al-Mu’min, 40: 40).
Selain
ayat diatas, ada pula ayat lain yang memberi pemaparan mengenai akhlak mulia,
misalnya pada surat an-Nahl ayat 97 dan pada al-Kahfi ayat 88.
Ayat
ayat tersebut dengan jelas menggambarkan keuntungan atau manfaat dari akhlak
yang mulia. Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan rizki
yang berlimpah, dsb. Selanjutnya dalam hadits juga disebutkan leterangan
tentang keberuntungan dari akhlak yang mulia, antara lain:
a. Memperkuat dan menyempurnakan agama
b. Mempermudah perhitungan amal di akhirat
c. Menghilangkan kesulitan
d. Selamat hidup di dunia dan akhirat
Uraian
tersebut hanya menjelaskan sebagian kecil dari manfaat akhlak baik. Tentunya
masih banyak lagi keuntungan akhlak.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Ada beberapa cara yang digunakan dalam pembentukan akhlak. Pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah menggunakan cara atau system yang integrated, yaitu system yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan akhlak. Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Selanjutnya yang tak kalah ampuhnya adalah melalui keteladanan. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah.
Ada beberapa cara yang digunakan dalam pembentukan akhlak. Pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah menggunakan cara atau system yang integrated, yaitu system yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan akhlak. Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Selanjutnya yang tak kalah ampuhnya adalah melalui keteladanan. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah.
DAFTAR
PUSTAKA
Nata,
Abuddin. 2000. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Muhammad
Athiyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1974), cet. II, hlm. 15.
Mansur
Ali Rajab, Ta’ammulat fi Falsafah al-Akhlaq, (Mesir: Maktabah
al-Anjali al-Mishriyah, 1961), hlm. 91.
Ibid.,
90.
Muhammad
al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (terj.) Moh. Rifa’i, dari judul
asli Khuluq al-Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1993), cet. IV, hlm.
No comments:
Post a Comment